Prof. Dr. Widjajanti M. Santoso
Badan Riset dan Inovasi Nasional
Email: widjasantoso@gmail.com
Majalah perempuan di dalam gerakan perempuan memiliki fungsi unik, menjadi medium untuk merepresentasikan pandangan feminis terhadap perempuan yang umumnya direpresentasikan secara partriarkhis’. Oleh karena itu salah satu bagian penting di dalam gerakan perempuan dan juga di dalam penteoriannya adalah fungsi dan perempuan majalah perempuan. Namun di lain pihak, posisi majalah wanita dalam menterjemahkan kepentingan kapitalis di dalam imaginasi feminisitas, sehingga di dalam majalah wanita kita bisa melihat kecenderungan kecenderungan yang terjadi. Bentuk majalah Wanita berbeda-beda, Shrew misalnya merepresentasikan perkembangan Gerakan perempuan (Bazin, 2016), majalah wanita yang diterbitkan oleh organisasi perempuan (Martyn, 2005)
Penggambaran perempuan umumnya berkisar pada “happy consumer housewife, devoted follower of Islam, successful career woman, model citizen of the nation-state, and alluring sex symbol” (Brenner, 1999). Tomagola merepresentasikan perempuan yang dianalisanya dari majalah wanita, berdasarkan analogi seperti citra pilar, yaitu berfungsi manager ruang domestik yang handal: citra pinggan, adalah ratu dapur, citra peraduan yang berkaitan dengan pasangan, citra pigura, menggambarkan perempuan kelas menengah yang sukses dan citra pergaulan diterima di dalam pergaulan sosial (Tomagola, 1998). Dalam konteks konstruksi sosial bisa dipertanyakan tentang kemandirian dan komodifikasi perempuan (Santi, 2004). Konstruksi tersebut dapat dilihat dari pembentukkan karakter feminitas, ideal dan yang lian (Santoso, 2011), ataupun yang mempermasalahkan melalui warna kulit (Prabasmoro, 2003)
Di dalam perkembangan gerakan perempuan yang diperlihatkan oleh film serial American Women menarik untuk diperhatikan. Pada awal perkembangan gerakan perempuan, diperlihatkan hubungan dan kaitan yang signifikan antara para akrifis yang bergerak di ruang politik dengan mereka yang berada di ruang media, seperti majalah wanita. Majalah wanita menjadi ruang ekspresi dari pandangan dan pemikiran dari gerakan perempuan. Melalui konsep representasi, kita bisa melihat adanya kesinambungan dan perubahan yang terjadi, selain itu tokoh perempuan merupakan sisi penting dari representasi. Tokoh disini, menggunakan Durga, sebagai mitologi perempuan sakti yang pernah hidup di dalam masyarakat. Durga digambarkan perempuan dengan kesaktian, berlengan 8,10 atau 12, yang bisa diimaginasikan kemampuan multitasking perempuan, benarkah demikian? Tulisan ini terdiri dari paparan dengan mengikuti tampilan Durga, salah satu tokoh mitologi perempuan yang kuat, walau sering menghasilkan pembahasan yang menarik.
Di India, Durga tampil di ruang publik, karena dia adalah dewi welas asih, namun transformasi Durga menjadi Uma atau Kali seringkali lebih mengemuka. Di dalam mitologi Jawa, dewi Uma memangsa anak-anak dengan kategori khusus seperti pandawa lima (S anak semuanya laki-laki), untuk terhindar dari hal ini, lalu terdapat acara ruwatan. Dalam kenyataannya representasi Durga cukup luas, seperti ditemukan juga di Bali Artikel ini membahas Durga dalam konteks representasi perempuan, seperti yang digambarkan melalui majalah wanita, pemahaman seperti apa yang hidup dalam konteks fungsi dan peran perempuan. Teks durga diambil dari Durga berdasarkan mitologinya, cover pertama Femina serta cover Jurnal Perempuan pada masa Pandemi. Durga menjadi sosok untuk merepresentasikan perempuan dan memperlihatkan perubahan makna tentang kebisaan perempuan. Informasi lainnya adalah analisi dari tiga media perempuan cetak, Femina, Nova dan Inspiratif. Femina adalah
majalah wanita pertama, yang memberikan gambaran tentang .perempuan di dalam masyarakat, yang kedua adalah Nova, bentuk tabloid dengan isu perempuan dan Inspiratif, majalah perempuan yang isinya memperlihatkan keberhasilan perempuan di dalam profesi dan pekerjaannya. Femina menjadi pilihan terutama mengenai covernya, sedangkan Nova dan Inspiratif diambil terbitan Agustus 2022 sebagai pengimbang dan menunjukkan isi yang berbeda. Agustus adalah bulan proklamasi di mana representasi perempuan dipilih secara khusus, sehingga cover Nova menjadi menarik, modelnya menggunakan warna merah namun dibelakangnya adalah sosok perempuan yang menyedihkan dalam putih yang kusam. Femina edisi Juli diambil karena mendiskusikan Hak Perempuan, sebagai representasi dari masalah perempuan.
Representasi perempuan di dalam sejarah seringkali terlewatkan, salah satu faktornya adalah pembagian antara publik dan privat yang memposisikan peran perempuan sebagai dukungan. Melihat kembali berdasarkan data dan informasi sejarah dan prasejarah merupakan upaya yang sangat penting (Andaya, 2021)(Lerner, 1986), tidak hanya tentang tokoh yang bersangkutan tetapi memahami proses yang terjadi. Upaya dalam budaya kontemporer sudah dimulai melalui pengarang perempuan (Austriningrum et al., n.d.) atau melalui rekonstruksi cerita Ken Dedes (Yunus, 2022).
Peran media sangat penting di dalam proses representasi ini, yang dapat dilihat dari teks tentang feminisitas (Macdonald, 1995). Representasi menggambarkan konstruksi sosial yang signifikan secara politis dan budaya, melalui tiga hal:
1 media menyediakan realitas yang langsung dapat diketahui, diakses, yang sulit disaring berdasarkan persepsi dan kepercayaan kita.
2 media mempersuasi pemirsanya, mengaitkan antara keinginan dan fantasi
3 reproduksinya menjadi sesuatu yang dicari atau dikejar (hal 3).
Di Indonesia, representasi perempuan menjadi problematik karena kemandirian perempuan adalah paradox antara keharusan dengan kenyataan, konstruksi perempuan terkomodifikasi dan mengalami backlash (Santoso, 2022). Udasmoro menggunakan kekerasan simbolik menunjukkan kecenderungan subordinasi perempuan dengan menggambarkan kelemahlemburtan, menjadi objek yang berseteru dengan perempuan lainnya, serta hyperealitas di mana laki-laki digambarkan berkebalikan dengan realitasnya yaitu takut istri. Meskipun melalui media televisi, penggambaran tersebut dapat digunakan untuk memperlihatkan representasi perempuan di Indonesia.
Representasi Durga di Indonesia sangat penting, karena dia digambarkan jahat, dilain pihak terdapat narasi tentang perempuan mumpuni. Selain itu Durga muncul di dalam Karena kemampuannya, atas permintaan para dewata, Durga berhasil mengalahkan Mahisasura yang menggempur kediaman para dewa, dan memperoleh berbagai alat yang mencerminkan kesaktiannya. Cerminan kesaktiannya diperlihatkan melalui serangkaian senjata seperti Cakra dari dewa Wisnu, trisula dari Siwa, Sangka (kerang) dari Waruna, pisau dari Agni, (busur dan (panah) dari Wayu, Surya menghadiahi sinar yang masuk ke badannya, Yama memberikan kaladanda, vajra dari Indra, dundumbaka (kalung mutiara hitam) hadiah Shesha, serta cangkir berisi anggur milik Kubera (Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah).
Durga, dalam situasi kontemporer, sudah berubah dari tatanan perempuan yang powerful menjadi beban ganda (Santoso, 2021a). Tulisan tersebut dipersembahkan untuk Prof Dr Hariani Santiko, yang menggarap Durga dalam konteks arkeologi, artikel ini menampilkan Durga melalui teks yang diperoleh dari majalah wanita dan yang setara dengannya. Melalui tampilan cover perdananya, Femina menampilkan perempuan ideal pada masa tersebut, perempuan sebagai ibu, dosen, pemain film dan memenangkan beberapa penghargaan. Perempuan sempurna yang sejalan dengan ideology ibuisme yang merangkum aktifitas dinamis perempuan di ruang publik (Suryakusuma, 2011). Kecenderungan ini tidak unik untuk Indonesia, karena hal serupa dapat ditemui di pelbagai Negara di Asia (Jayawardena, 1986), selain tentu saja merupakan bagian dari pendidikan dan perkembangan kelas menengah (Martyn, 2005)
Terdapat cukup banyak informasi di media baru tentang Femina, salah satunya adalah menggambarkan modernitas perempuan sebagai simpel, dinamis, dan feminin (Sejarah Femina, Femina) Pada konteks ini, cover majalah Femina terbitan perdana menjadi penting, karena
menggunakan imaginasi Durga dengan beragam beban atau tugas perempuan, dibarengi dengan tokoh perempuan mumpuni, Tuti Indra Malaon seorang ibu, dosen dan juga pegiat seni.
Dari dua penggambaran Durga ini, kita sudah dapat melihat perubahannya, dari Durga yang penuh dengan senjata sakti dari para dewa, menjadi Durga dengan berbagai peran keibuan, rumah tangga dan Negara. Perempuan sebagai pilar, tidak hanya berbicara dalam konteks mensosialisasikan atau mendidik atau mempersiapkan suami untuk berhasil di ruang publik, tetapi juga menopang Negara, membangun good society. Paradoksnya tentu saja pendidikan yang tidak imbang, pengetahuan dan peran yang termarginalisasi, representasinya lemah di depan hukum dan di dalam media (Santoso, 2022). Perempuan menopang dengan beban ganda, tetapi pembagian peran rupanya tidak terjadi dengan merata, atau bahkan kecenderungannya adalah pembakuan peran perempuan.
Beban ganda, tugas perempuan menjadi semakin dramatik digambarkan oleh cover Jurnal Perempuan edisi masa pandemik. Pandemi memberikan konteks yang penting bagi perempuan, karena situasinya membuat rumah tangga menjadi penting kembali, imobilitas untuk enghindari penularan diasumsikan menambah beban pada perempuan berbasis rumah tangga, baik dari sisi ekonomi maupun perannya sebagai penyantun (care giver). Di dalam cover tersebut, perempuan tidak lagi memiliki tangan 8, 10 atau 12, tetapi hanya dua, dan di dalam pelukannya terdapat peran-peran yang bertumpuk. Tangannya berbilur-bilur tanda kekerasan yang dihadapinya, awan
Dalam konteks konstruksi sosial, Foucault (Foucault, 1995) mengangkat docile bodies untuk menunjukkan bahwa tubuh dapat dibentuk, sesuai dengan tujuan, keinginan tertentu. Meski tidak berperspektif gender, konsep docile bodies sangat cocok diletakkan dalam analisa gender dan konstruksi feminitas (King, 2004). Negara industry seperti Jerman, Jepang dan sekarang Korea sebagai ilustrasinya, memiliki ciri tersebut, di mana tubuh dibentuk dengan disiplin dan kerja keras, kelompok militer bahkan mampu membuat tubuh mengikuti perintah dengan standard tertentu. Dalam konteks mengkonstruksi tubuh, majalah wanita memberikan ruang bagi kosmetik, fashion, tips tentang tata karma, masak-memasak. Ketrampilan feminisitas ini berkaitan dengan tuntutan ruang publik, seperti tampil sopan, pandai, bisa membawa diri dan lainnya. Perempuan tampil untuk kepentingan, keluarga, ruang sosial dan tentu pasangan dan anak anaknya. Di mana perempuan berada?
Akan tetapi, dalam konteks kapitalisme, beberapa tulisan misalnya mengangkat pertanyaan “berdandan untuk siapa?”, meski tampak sederhana pertanyaan ini penting dalam mengembangkan posisi perempuan. Di dalam diskusi tersebut, tubuh menjadi ruang negosiasi dan juga ruang memposisikan kepentingan perempuan. Selain itu, pembahasan tentang srigma dan stereotype perempuan dapat menjadi isu penting, seperti mendikotomikan antara ibu rumah tangga dengan perempuan bekerja. Di lain sisi, seringkali event atau hari-hari penting untuk perempuan menjadi tempat untuk memasukkan isu atau diskusi yang jarang dilakukan pada situasi normal.
Femina menampilkan diskusi tentang hak perempuan, yang memasukkan isu perempuan atau gender di dalam pemberitaannya tentang feminisitas. Diskursus ini perlu diangkat, mengedukasi dan juga membahasnya di kalangan perempuan. Dari sisi konten, majalah wanita memasukkan fesyen, berdandan yang modern dan menarik, hingga etiket di dalam pergaulan. Tubuh perempuan adalah adorning body, tubuh yang dipenuhi oleh hiasan yang berkaitan dengan situasi sosial di mana perempuan berada (Andaya, 2021), terutama adalah menyesuaikan diri dengan konteks sosial seperti kelas sosial yang muncul dalam isu gaya hidup. Fesyen tidak hanya menyediakan fesyen terkini, atau fesyen yang diangkat oleh disainer tertentu, tetapi juga meningkatkan kecanggihan perempuan untuk padu padan. Majalah wanita tidak hanya memberikan fashion khusus tetapi melihat bahwa keinginan berfashion tidak harus konsumrif tetapi kepandaian padu padan yang dikaitkan dengan body type. Dalam konteks ini majalan wanita memang mendapatkan saingan dari media sosial yang memberikan tips dalam bentuk video yang mudah diikuti.
Pada majalah wanita dengan basis keagamaan, paparan tentang tubuh berkaitan dengan piety atau kesalehan yang terlihat pada pilihan fesyen muslimah (Santoso, 2021b). dalam majalah seperti ini, piety yang menjadi norma yang aa » melandasi tidak hanya fesyen tetapi juga sikap dan perilaku. Dalam media sosial, hal ini terlihat dalam bentuk komodifikasi dan negosiasi atau kontestasi norma agama (Santoso, 2015). Dengan demikian baik majalah wanita mupun media sosial dengan konten perempuan merupakan perpanjangan tangan atau diseminasi feminitas yang diidealkan.
Situasi sosial berubah dengan cepat, di mana isu-isu gender semakin mudah diperoleh melalui media lain. Barangkali menarik adalah melihat tips yang diberikan jurnal untuk para perempuan mensiasati situasi masa kini. Misalnya Nova no 1800/XXXV 18-24 Agustus 2022, rubiknya tentang pintar atur uang melalui Pegadaian. Isinya adalah penjelasan tentang Safe Deposit Box di Pegadaian yang lebih menjamin dibandingkan dengan menyimpan di rumah. Naskah seperti ini meski berisi cara menyimpan tetapi berkesan iklan. Informasi ini akan menjadi lebih menarik, jika diiringi dengan informasi tentang tingkat kejahatan di rumah, atau fasilitas rumah yang kurang memadai untuk menyimpan. Selain itu memasukkan kelas sosial sebagai pertimbangan dengan memberikan cara alternatif untuk menyimpan. Barang berharga seperti emas, meski berupa perhiasan, merupakan bentuk tabungan perempuan, yang keluar (baca diubah uang) jika ada kebutuhan penting seperti membayar uang sekolah dan lainnya. Bentuk kapitalistik dari perhiasan muncul dengan desain menarik namun dengan barang substitusi termasuk kaca dan plastik, karena harga yang terjangkau dan bentuk yang menarik, lebih banyak upaya untuk mengonsumsinya. Disamping harga emas yang saat ini cukup tinggi, namun kembali memikirkan cara perempuan untuk menabung. Membangun kesadaran perempuan untuk mengelola keuangan dan asset menjadi sangat penting, di dalam menghadapi situasi ekonomi yang kurang menguntungkan.
Berita gossip memperlihatkan hubungan antara media sosial dan media massa saling mempengaruhi, terutama informasi yang diambil dari media sosial. Berita viral menjadi salah satu informasi yang dikelola kembali (berita tentang jurnalis India-Amerika yang dibunuh oleh eks pasangannya karena mereka sedang dalam proses bercerai), selain tentu saja perseteruan yang diunggah dalam bentuk konten (saling sindir dua selebritis), dan berita yang bisa dicurigai sebagai bentuk bullying seperti “Anakku Malu pada Teman-
Temannya karena Aku tak Bisa Masak yang “Keren”. Isinya adalah curhat bahwa teman-teman sang anaknya tidak mau belajar di rumah mereka, karena sang ibu tidak bisa menyediakan snack yang dianggap keren oleh anak-anak tersebut. Tentu saja konsultannya menyatakan bahwa sebagai role model, sang ibu perlu menjelaskan bahwa dia bekerja dan sering keluar rumah untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga makanan bergizi sebenarnya sudah memadai. Selain tentu kemungkinan seperti melakukan penyesuaian diri, berusaha memenuhi harapan anak. Gambaran ini memperlihatkan kemungkinan bullying secara tidak langsung dan berbentuk tekanan psikologis, sebuah hubungan yang tidak sehat pula. Sehingga konsultan perlu memperlihatkan bahwa yang bersangkutan perlu memiliki posisi dengan konteks seperti ini, dan membangun kesadaran sendiri, untuk percaya diri dan terus move on.
Berita yang tampaknya sedang digandrungi saat ini adalah yang berkaitan dengan setan, dikaitkan dengan “kesuksesan” film Pengabdi Setan. Berita ini cukup banyak dalam bentuk testimoni tentang setan, maupun berita-berita singkat tentang pengalaman dan sikap menghadapi situasi yang berkaitan dengan hantu. Selain film horror adalah bagian dari komodifikasi yang diangkat di film, sebenarnya bisa diangkat diskusi yang mempertanyakan
mengapa hantu dan setan, cenderung perempuan. Mereka yang menjadi hantu seperti cerita rakyat yang hidup “Si Manis Jembatan Ancol”, adalah perempuan, dan jarang sekali yang menanggapinya sebagai bentuk tekanan terhadap perempuan dalam relasi gender yang tidak imbang.
Majalah Inspiratif adalah majalah wanita yang isinya menggambrkan profil dari para perempuan yang sukses di dalam pekerjaan dan profesinya Profil perempuan di dalam Inspiratif Vol VII 64 Agustus memperihatkan sederetan perempuan yang berhasil. Mereka yang ada di cover tersebut merupakan tokoh yang dideskripsikan. Mereka berpendidikan dan mendapatkan akses pekerjaan dan beragam kegiatan, mereka berkontribusi di dalam mengembangkan masyarakat dalam kegiatan tertentu seperti UMKM.
Majalah ini menampilkan profil perempuan yang berhasil di dalam bidang mereka masing-masing. Walaupun tidak terlalu tampak adanya problematika yang mereka hadapi, sikap mereka terhadap pekerjaan dan komitmennya perlu diperhatikan. Beberapa dari mereka berjalan di jalannya, dengan kerja keras yang meskipun tidak diceritakan, dapat diasumsikan tantangan yang mereka hadapi. Paparan yang lugas seperti ini memang tidak terlalu menunjukkan adanya gesekan atau kesenjangan, akan tetapi capaian mereka merupakan salah satu ilustrasi kemajuan perempuan. Mereka bisa berhasil di dalam bidang yang beragam dengan tantangannya.
Bisu dan voice off atau tidak bisa bersuara merepresentasikan problematika yang dihadapi oleh perempuan atau gender secara umum, karena termasuk anak-anak, disabilitas dan kelompok minoritas lainnya. Sisi ini adalah elemen yang kurang tergarap, walaupun dapat dipahami alasannya. Dari sisi pegiat di majalah perempuan, konteks gerakan perempuan memberikan aspek perspektif yang berkembang dari pemikiran dan kepentingan perempuan. Hal ini berkaitan dengan pendidikan dan pengembangan mass critical tentang pengetahuan gender. Gender adalah sebuah pengetahuan sosial terlepas dari apakah seseorang menggunakannya sebagai salah satu dasar dalam pemikirannya. Sebagai sebuah pemikiran, gender menjadi penting untuk melihat kepentingan dan situasi yang berbeda yang dialami oleh kelompok minoritas.
Media sendiri adalah elemen kapitalistik yang akan berkembang sesuai dengan perkembangan permintaan, namun di dalamnya terdapat elemen kreatifitas, menciptakan dan mengelola simbol-simbol yang ada di masyarakat. Sehingga dapat disebutkan bahwa media merepresentasikan juga pandangan patriarkhis yang hidup di masyarakat, konstruksi feminitas. Dalam konstruksi tubuh yang ideal, atau standard kecantikan yang ideal akan terjadi marginalisasi terhadap bentuk tubuh yang lian. Seorang Tara Banks, perempuan yang sudah memiliki posisi, berani mengembangkan dan menampilkan tubuh-tubuh yang berbeda, seperti halnya seorang Agnes Mo, pernah merasa bangga mengangkat kulit coklat sebagai warna idaman.
Di Indonesia sendiri, warna kulit ideal sudah berubah dari keberagaman sawo matang, kuning langsat, menjadi putih dan saat ini menjadi glowing, shimmering, cerah kulit Korea. Hal ini dapat diamati melalui iklan, dan tips tips penggunaan warna kosmetik atau baju. Tips seperti ini menjadi konten media sosial, yang memberikan cara yang lebih praktis bagi perempuan dan perempuan muda untuk tampil sesuai dengan situasi masa kini. Majalah wanita dalam bentuk cetak berkonvergensi di dalam bentuk digital, dan menjadi berkembang melalui media sosial.
Sejauh ini kita bicara tentang kecenderungan umum tentang feministas melalui media perempuan, di lain pihak kepedulian tentang kepentingan perempuan juga berkembang untuk menunjukkan keberposisian. Perkembangan media perempuan, saat ini sudah masuk di dalam konteks digital, tidak hanya majalah wanita berkonvergensi di dalam teks digital, tetapi juga muncul di dalam laman dengan isu perempuan seperti konde.com. Laman digital memberikan cara yang berbeda dibanding dengan majalah wanita, dengan fokus mereka yang memang pada perempuan. Selain itu mereka membuka ruang bagi perempuan menyuarakan pandangan mereka, memberikan akses terhadap voice off yang melanda perempuan. Sebuah mekanisme baru, Durga menggunakan senjata digitalnya.
Andaya, B. W. (2021). Kwasa Rahim, Reposisi Perempuan Asia Tenggara,
Periode Modern Awal 1400-1800. Komunitas Bambu.
Austriningrum, G. D., Artarini, L, Chudori, R., Ramadhany, D. R.,
Purnamasari, N. M., Asmaraddana, A., Janti, N., Ningsih, A. P. S.,
Zezsyazeoviennazabrizkie, Z., & Pertiwi, D. K. (n.d.). Yang Terlupakan
dan Dilupakan, Membaca Kembali Sepuluh Penulis Indonesia. Marjin
Kiri.
Bazin, V. (2016). Miss-Represented? Mediating Miss World in Shrew
Magazine. Women: A Cultural Review, 27(4), 412—431. hrrps://doi.org
/10.1080/09574042.2017.1301118
Brenner, S. (1999). On the Public Intimacy of the New Order: Images of
Women in the Popular Indonesian Print Media. Indonesia, 67/67), 13.
https://doi.org/10.2307/3351375
Foucault, M. (1995). Discipline and Punish. Vintage Book.
Jayawardena, K. (1986). Feminism and Nationalism in Third World. Zed
Press.
King, A. (2004). The prisoner of gender: Foucault and the disciplining of the
female body. Journal of International Women 5 Studies, 52), 29-39.
Lerner, G. (1986). The Creation of Patriarchy. In 7 YF . Oxford
University Press.
Macdonald, M. (1995). Representing Women, Myths of Femininity in the
Popular Media. Oxford University Press.
Martyn, E. (2005). The women’s movement in post-colonial Indonesia:
Gender and nation in a new democracy. In The Women’s Movement
in Post-Colonial Indonesia: Gender and Nation in a New Democracy.
Routledge Curzon. https://doi.org/10.4324/9780203299197
Prabasmoro, A. P. (2003). Feminisme Pencitraan woman 5 studies representasi
ras,kelas ,feminitas iklan sabun. Jalasutra.
Santi, S. (2004). Perempuan Dalam Iklan: Otonomi Atas Tubuh Atau
Komoditi? Maret, 11), 20. http://college.
Santoso, W. M. (2011). Sostologi Feminisme: Konstruksi Perempuan dalam
Industri Media. LkiS.
Santoso, W. M. (2015). Komodifikasi Mode Muslimah Melalui Media Sosial.
Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 17(3), 299-316.
Santoso, W. M. (2021a). Durga dari Publik menjadi Privat, Konstruksi
Feminitas. Masyarakat & Budaya.
Santoso, W. M. (2021b). Kontroversi Hijab dan Kesalehan Termaterialkan.
Volume 15, Nomor 5, Maret.
Santoso, W. M. (2022). SUMBANGAN PERSPEKTIF SOSIOLOGI
FEMINIS: REPRESENTASI PEREMPUAN INDONESIA. Penerbit
BRIN. https://penerbit.brin.go.id/press/catalog/view/530/403/6721-1
Suryakusuma, J. (2011). Ibuisme Negara. Komunitas Bambu.
Tomagola, T. A. (1998). Citra Wanita dalam Iklan, dalam Majalah Wanita
Indonesia: Suatu Tinjauan Sosiologis Media. In I. S. Ibrahim & H.
Suranto (Eds.), Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Gender dalam
Ruang Publik Orde Baru. Rosda.
Yunus, A. (2022). Tutur Dedes, Doa dan Kutukan. Penerbit baNANA.
https://m.merdeka.com/malang/gaya-hidup/mengenal-sosok-mitologi-
durga-sang-dewi-perkasa-dari-kahyangan-161122u.html, Diunduh 1
April 2021
https://www.kompasiana.com/nprih/5c19975812ae943bdc3e50f5/
eksotisitas-betari-durga-di-candi-sambisari-yogyakarta?page-2, diunduh
1 April 2021.
Sejarah Singkat Majalah Femina, https://text-id.123dok.com/
document/4yr3v2rpy-sejarah-singkat-majalah-femina.html
Femina. Cover Pertama Femina Wanita Dengan 10 Tangan. https://www.
femina.co.id/trending-topic/cover-pertama-femina-wanita-dengan-10-
tangan
Femina. Dibalik Kisah Cover Femina Edisi Perdana https://www.femina.
co.id/article/di-balik-kisah-cover-femina-edisi-perdana
Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah. Durga Mahisasuramardhini.
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpecbjateng/durga-
mahisasuramardhini/
https://www.kompasiana.com/triwidodo/550ee836a3331 1a42dba84b5/
roro-jonggrang-atau-durga-mahishasuramardini-kisah-devi-mahatmya-
di-candi-prambanan, diakses 3 November 2018.
https://hinduaesthetic.medium.com/goddess-durga-in-javanese-sculpture-
ca920a48a3c7, diakses 21 Oktober 2022.